Jumat, 18 Mei 2012

Tanpa judul


Awalnya, hubungan aku dengan andi harmonis, selama kita berpacaran ga ada yang namanya berantem, walaupun sebenernya aku selalu cemburu, dan sedikit ada keraguan. Karena seringnya aku bersama-sama andi, akhirnya akupun dekat dengan raffi, yaa aku tidak sedikit menceritakan suatu masalah yang aku hadapi, dan akhirnya prediksi raffi pun bener, aku sama andi putus. Hingga sampai saat ini akupun tidak mengerti mengapa andi ambil keputusan itu.
          Kedekatan aku dengan raffi terus berlanjut hingga sampai saat ini, entah apa yang aku rasa timbuhlah perasaan aneh, yang selalu pengen ketawa jika dekat dengannya, selalu manggil nama dia supaya bisa deket sama dia, duduk bareng, ketawa, nangis sama dia.
          Hingga akhirnya dia menyukai sahabatku sendiri, awalnya aku yang bantu dia buat bisa dapetin fani, tapi malah perasaan aku yang semakin nyata. Yaa aku menyayanginya. Tanpa ia tahu, aku menceritakan bahwa aku sedang menyukai seorang sahabatku bernama fajar, yang sebetulnya fajar adalah dia.
          Perasaan yang semakin mendalam itu aku pendam sendiri, hingga akhirnya anggi sahabatku mengetahuinya, dan memberitahu raffi. Agar aku tidak terus menyakitiku, raffi terus mendesak aku untuk mengaku padanya, bahwa aku menyukainya. Yaap, aku mengakui itu. raffi pun tahu, tapi keadaan yang membuat kita tidak bersatu, karena andi adalah teman raffi, akhirnya dia memutuskan untuk menunda semua itu.
          Namun, ditengah jalan sebetulnya dia menyukai seorang wanita yang tidak lain adalah kakak kelas nya yaitu ka nadya. Aku memberi ia kesempatan untuk memilihnya, namun ia tetap saja tidak merasa enak. Hingga akhirnya dia terus dekat dengannya, yang sebetulnya membuat hati ini menjadi sakit.
          Dan kini yang kurasa, dia semakin tidak ada waktu lagi untukku, untuk menemani kesendirianku, dia hanya sibuk dengan dunianya. Dan tidak memperdulikan kehadiranku, aku yang selalu siap ada untuknya, dianggap tidak ada. Kecewa memang, namun aku berusaha untuk diam, namun semakin aku diam, semakin dia tidak memperdulikan aku dan semua usaha aku.
          Sebetulnya, aku diam bukan karena aku tidak peduli dengannya melainkan aku ingin membuktikan, apakah aku masih berarti di hidupnya? Dan mungkin cara itu salah, sangat salah. Karena cara itu juga membuatku semakin ingin tahu tentang kehidupannya sekarang.
          Begitu berartikah dia untukku? Dan, sekarang yang aku takutkan adalah sesuatu akan terjadi yang mengharuskan aku melepaskannya. Takut akan kehilangan canda tawa darinya, sungguh aku sangat menyayanginya sekarang. Apakah dia percaya akan hal ini? Sulit untukku ungkapkan, namun ini begitu nyata, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah harus aku berteriak “akuuu sayangg kamuuuu!”.

Jumat, 04 Mei 2012

Untukmu Ibu …


Tentram …
Saat pertama kali kau dekapku dalam hangatnya pelukanmu
Damai  
Saat pertama kali menghirup segarnya udara di pagi hari, hangatnya mentari di pagi hari, dan indahnya senja disore hari
Terus melindungi tanpa kau melihat ku dalam kandunganmu
Mendekap erat, penuh kasih sayang, beban yang setiap hari harus dirasa
Ibu…
Tanpamu tak pernah akan ada hidupku di dunia yang fana ini
Tanpa kasih sayang mu yang tak akan pernah sirna tak akan pernah bisa ku bertahan
Tanpa kesabaran mu pun tak akan pernah aku mampu untuk hidup
Kaulah orang pertama yang membuat nafas ini begitu berarti
Ibu…
Begitu banyak kesalahan yang tlah ku perbuat
Namun entah mengapa kau terus menerus dapat memaafkan semua kesalahanku, kelalaian ku itu
Kasih sayang yang begitu sangat amat nyata yang ku rasa,
Begitu banyak pelajaran yang kau berikan untukku
Namun bodohnya aku
Yang merasa benar sendiri, sehingga tidak mendengar semua perkataanmu
“Surga di telapak kaki ibu”
Kata itu yang selalu ada dalam benakku
Ingin rasanya sebelum waktu menjemputku
Ingin ku bahagiakan kau Ibu ..
Namun apa daya ku tak kuasa
Mungkin yang ku lakukan hanyalah kesalahan…
Namun dalam palung hatiku yang terdalam
Aku sangat menyayangimu
Ibu…