Sabtu, 11 Agustus 2012

MAAFKAN AKU, KAWAN


Dua orang sahabat karib sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tetapi dengan tanpa berkata-kata. Dia menulis diatas pasir : “hari ini, sahabat terbaikku menampar pipiku.”

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis disebuah batu : “hari ini, sahabat terbaikku menyelamatkan nyawaku.”

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, “mengapa setelah saya melukai hatimu, kau menulis diatas pasir dan sekarang kamu menulis dibatu?”

Temannya tersenyum sambil menjawab, “ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Namun jika sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa hilang dan tertiup angin.”

Sumber : kumpulan Cerita Motivasi, Daryanto, Satu Nusa

KISAH ARLOJI YANG HILANG


Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, secara tidak sengaja arlojinya terjatuh dan terbenam diantara tingginya tumpukkan serbuk kayu. Arloji itu merupakan sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Oleh karena itu, ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya.
Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri, si tukang kayu itu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu. Teman-teman pekerja yang lain juga turut membantu mencarinya. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangannya itu tetap tidak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Para pekerja serta pemilik arloji tersebut dengan semangat yang lesu meninggalkan bengkel kayu tersebut.
Saat itu seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji itu, datang mendekati tumpukkan serbuk kayu tersebut. Ia menjongkok dan mencari. Tak lama berselang, ia telah menemukan kembali arloji kesayangan si tukang kayu tersebut. Tentu si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran karena sebelumnya banyak orang yang telah membongkar tumpukan serbuk kayu namun sia-sia. Tetapi anak ini Cuma seorang diri saja dan berhasil menemukan arloji itu.
“bagaimana caranya kau mencari arloji ini?” tanya si tukang kayu
“saya hanya duduk secara tenang dilantai. Dalam keheningan itu, saya bisa mendengar bunyi tik-tak, tik-tak. Dengan itu, saya tahu dimana arloji itu berada,” jawab anak itu.

Sumber : kumpulan Cerita Motivasi, Daryanto, Satu Nusa

SIAPA TAHU NASIB SESEORANG?


Konon dahulu ada petani mempunyai seorang anak dan seekor kuda. Suatu hari, kuda petani itu melarikan diri. Para tetangganya menghibur agar si petani tidak bersedih. Mereka berkata, “alangkah malang nasibmu, kudamu melarikan diri!”
Si petani menjawab, “siapa dapat mengetahui nasib seorang, malang atau mujur.”
“tentu saja itu adalah nasibmu yang malang,” kata para tetangganya.
Seminggu kemudian, kuda petani itu pulang diikuti 20 ekor kuda liar. Para tetangganya datang untuk memberi selamat, “alangkah mujurnya nasibmu, kudamu telah pulang, bahkan membawa 20 kuda lain.”
Si petani berkata, “siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”
Hari berikutnya, anak si petani menunggang salah satu kuda liar tersebut. Ia terjatuh dari kuda dan patah kakinya. Para tetangganya datang menghibur. Mereka berkata, “alangkah malang nasibmu.” Petani itu berkata, “siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.” Sebagian dari tetangga mulai jengkel lalu mereka berkata, “tentu saja itu suatu kemalangan, dasar orang tua bodoh!.” Seminggu kemudian, sepasukan tentara datang kedesa itu, mendaftar semua pemuda yang layak untuk diterjunkan dalam medan perang yang letaknya sangat jauh dari desa itu. Anak si petani yang patah kakinya tidak didaftar. Para tetangga datang untuk mengucapkan selamat, “alangkah mujurnya nasib anakmu. Ia tidak masuk dalam daftar wajib militer.” Si petani berkata “siapa dapat mengetahui kemujuran seseorang?!”

Sumber : Hikmah dari seberang, unknown Author, Pustaka Zawiyah

Minggu, 05 Agustus 2012

Wanita yang Beruntung

Suasana pagi itu sangat sibuk. Jam menunjukkan pukul 8:30 ketika seorang lelaki tua umur 80-an masuk untuk meminta agar jahitan di ibu jarinya dilepas. Ia berkata bahwa ia sedang terburu-buru karena ada janji pukul 9:00. Aku memahami gelagatnya lalu memintanya untuk duduk. Aku tahu pekerjaan ini akan memakan waktu lebih dari satu jam sebelum orang lain bisa menemuinya.
Sambil merawat lukanya aku terlibat dalam pembicaraan dengannya. Aku bertanya apakah pagi ini ia punya janji dengan salah seorang dokter disini karena ia tampak terburu-buru. Ia menjawab tidak, ia harus pergi kerumah perawatan (nursing home) untuk sarapan bersama istrinya. Aku lalu bertanya tentang keadaan istrinya. Ia berkata bahwa istrinya menderita Alzheirmer dan belum lama dirawat di tempat itu.
Sambil mengobrol, kuselesaikan balutan di ibu jarinya. Aku bertanya apakah istrinya akan merasa khawatir bahwa hari ini ia agak terlambat. Ia menjawab bahwa istrinya sudah lima tahun tidak lagi mengenalinya.
Aku merasa terkejut dan bertanya, "apakah kau pergi kesana setiap hari meski istrimu sudah tidak mengenalimu?"
Ia tersenyum, menepuk tanganku lalu berkata, "benar ia tidak mengenaliku, tapi kan aku mengenalinya"

Sumber : Hikmah dari seberang, Unknown Author, Pustaka Zawiyah

Pengujian Rangkap Tiga

Di zaman Yunani kuno, Socrates dianggap memiliki kedudukan terhormat dalam dunia pengetahuan. Suatu hari temannya bertemu dengan filsuf besar ini lalu berkata, "tahukah kau berita yang kudengar tentang sahabatmu?"
"Tunggu sebentar!" kata Socrates. "Sebelum kau ceritakan kepadaku, aku ingin kau menjalani sebuah tes ringan. Tes ini disebut Tes Saringan Rangkap Tiga."
"Tes Saringan Rangkap Tiga?"
"Benar," kata Socrates melanjutkan, "sebelum kau bercerita tentang temanku, mungkin sebaiknya kita gunakan waktu sejenak untuk menyaring apa yang hendak kau katakan. Itulah sebabnya kusebut Tes Saringan Rangkap Tiga. Tes pertama adalah penyaringan KEBENARAN. Apakah kau mutlak yakin bahwa apa yang hendak kau sampaikan ini benar?"
"Tidak," jawab orang itu, "sesungguhnya aku hanya mendengar itu dari orang lain dan..."
"Baiklah," kata Socrates. "Jadi kau tidak yakin apakah berita itu benar atau tidak! Sekarang, mari kita lanjutkan dengan tes kedua disebut penyaringan KEBAIKAN. Apakah yang hendak kau ceritakan itu adalah sesuatu yang baik tentang sahabatku?"
"Tidak, justru kebalikannya..."
"Jadi" lanjut Socrates, "kau hendak menceritakan kepadaku sesuatu yang buruk tentang sahabatku padahal kau tidak yakin berita itu benar?! Meskipun demikian, kau masih bisa lulus dalam tes ini karena masih ada satu tes lagi, yaitu penyaringan MANFAAT. Apakah berita tentang temanku yang hendak kau sampaikan ini bermanfaat bagiku?"
"Tidak...mungkin tidak benar-benar bermanfaat."
"Nah," kata Socrates, "jika berita yang hendak kau sampaikan tidak benar, tidak baik, dan tidak bermanfaat, lalu mengapa kau hendak menceritakannya kepadaku?"
Demikianlah mengapa Socrates dianggap sebagai filsuf besar dan terhormat. Jika kita dapat melindungi sahabat kita dan orang-orang yang kita cintai dengan cara demikian, kita tidak akan bisa dipengaruhi orang lain.

P E N S I L

Pembuat pensil menaruh pensil disampingnya sebelum ia memasukkannya kedalam kotak. "Ada lima hal yang perlu kau ketahui sebelum aku mengirimmu kedunia," kata pembuat pensil kepada pensil.
"Pertama, kau dapat melakukan banyak hal yang besar asal kau bersedia berada dalam genggaman orang.
Kedua, kau akan merasakan pedihnya rautan dari waktu ke waktu, tapi kau membutuhkan itu agar menjadi pensil yang lebih baik.
Ketiga, kau harus bisa mengoreksi kesalahan yang kau goreskan.
Empat, yang terpenting darimu adalah bagian dalam tubuhmu.
Lima, pada permukaan apa saja kau digoreskan, kau harus dapat meninggalkan coretan (kesan)," jelas si pembuat pensil.
Pensil memahami semua nasihat itu dan berjanji akan selalu mengingatnya.