Konon dahulu ada petani mempunyai seorang anak
dan seekor kuda. Suatu hari, kuda petani itu melarikan diri. Para tetangganya
menghibur agar si petani tidak bersedih. Mereka berkata, “alangkah malang
nasibmu, kudamu melarikan diri!”
Si petani menjawab, “siapa dapat mengetahui
nasib seorang, malang atau mujur.”
“tentu saja itu adalah nasibmu yang malang,”
kata para tetangganya.
Seminggu kemudian, kuda petani itu pulang
diikuti 20 ekor kuda liar. Para tetangganya datang untuk memberi selamat,
“alangkah mujurnya nasibmu, kudamu telah pulang, bahkan membawa 20 kuda lain.”
Si petani berkata, “siapa dapat mengetahui nasib
seseorang, malang atau mujur.”
Hari berikutnya, anak si petani menunggang salah
satu kuda liar tersebut. Ia terjatuh dari kuda dan patah kakinya. Para
tetangganya datang menghibur. Mereka berkata, “alangkah malang nasibmu.” Petani
itu berkata, “siapa dapat mengetahui nasib seseorang, malang atau mujur.”
Sebagian dari tetangga mulai jengkel lalu mereka berkata, “tentu saja itu suatu
kemalangan, dasar orang tua bodoh!.” Seminggu kemudian, sepasukan tentara
datang kedesa itu, mendaftar semua pemuda yang layak untuk diterjunkan dalam
medan perang yang letaknya sangat jauh dari desa itu. Anak si petani yang patah
kakinya tidak didaftar. Para tetangga datang untuk mengucapkan selamat,
“alangkah mujurnya nasib anakmu. Ia tidak masuk dalam daftar wajib militer.” Si
petani berkata “siapa dapat mengetahui kemujuran seseorang?!”
Sumber :
Hikmah dari seberang, unknown Author, Pustaka Zawiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar